Selasa, 04 Agustus 2015



INFO KESEHATAN
Rasulullah Saw bersabda:
"Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman" 
(HR. Muttafaq'alaih).
Rasulullah Saw mensabdakan hal itu lebih dari 14 abad yang lalu.
Ternyata, di abad modern ini baru diketahui manfaat medis dari tuntunan Rasulullah untuk memadamkan lampu ketika hendak tidur itu..
Ahli biologi Joan Robert mengungkapkan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya.
Hormon melatonin ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat.
Orang yang tidur dalam kondisi gelap, maka tubuhnya bisa memproduksi hormon ini. Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti.
Pentingnya tidur di malam hari dgn mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari Inggris.
Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel2 yg dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.
Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dgn yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.
Subhanallah.. ({})
آللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ

Senin, 22 Juni 2015

Makalah

PEMBELAJARAN BERBASISKAN MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)  
DAN PENERAPANNYA

OLEH:

IBNU HAJAR
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP-UIR, Riau

A.     Defenisi dan Landasan PBL

 Problem-based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia  pembelajaran berbasis masalah), adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa untuk belajar. “Prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL sudah ada lebih dulu dari pendidikan formal itu sendiri, yaitu bahwa pembelajaran dimulai (diprakarsai) dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau teka-teki, yang menjadikan siswa yang belajar ingin menyelesaikannya” (Duch, et.al., 2000).
Ibrahim dan Nur (2000) menyatakan bahwa landasan  teoritis dari pembelajaran berbasis masalah adalah:
1.       Teori John Dewey dengan kelas demokrasinya, Dewey menganjurkan kepada guru untuk mendorong siswa  terlibat dalam proyek atau tugas berorentasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial (Ibrahim dan Nur, 2000). Dasar filosofis Dewey inilah yang digunakan dalam PBL. 
2.       Teori konstruktivisme dari Piaget dan Vygotsky telah menjadi dasar teoritis untuk PBL. Piaget beranggapan bahwa pengetahuan tidaklah statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan obyek,fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka (Suparno, 1996).
3.       Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, dan ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman tersebut. Namun berbeda dengan Piaget, Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial pembelajaran (Ibrahim dan Nur, 2000). Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain akan memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Masih terkait dengan konstruktivisme.

B. Karakteristik PBL
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahim dan Nur,2004) telah mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.

  • Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi pebelajar. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk sitausi itu.
  • Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, pebelajar meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
  • Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki pebelajar untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalasis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan
  • Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut pebelajar untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
  • Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh pebelajar yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
  • Meneliti dan mencoba apa yang Anda ketahui
  • Menemukan apa yang Anda butuhkan untuk belajar
  • Mengembangkan keterampilan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi dalam tim
  • Meningkatkan keterampilan komunikasi Anda
  • Menyatakan dan mempertahankan posisi dengan argumentasi disertai pembuktian
  • Menjadi lebih fleksibel dalam memproses informasi dan kewajiban pertemuan (Larry D. Spance, 2012) 
Pembelajaran Konvensional
PBL
Peran pendidik sebagai expert atau otoritas formal
Pendidik berperan sebagai fasilitator, pemandu, co-learner, mentor, coach, atau konsultan professional
Pendidik bekerja dalam situasi terisolasi
Pendidik bekerja sama dalam tim dengan anggota dari luar disiplin ilmunya
Pendidik mengajar kepada peserta didik
Peserta didik bertanggung jawab atas pembelajaran dan menciptakan kemitraan antara peserta didik dengan pendidik.
Pendidik mengorganisasikan content kedalam silabus sesuai dengan mata pelajaran
Pendidik mengutamakan memotivasi dengan cara memberi  masalah  yang ada pada peserta didik. Dan berupaya untuk mendorong mendapatkan  pengetahuan baru.
Pendidik bekerja secara individual dalam disiplinnya
Sekolah bersifat suportif dan fleksibel. Pendidik ikut dalam perubahan instruksional dan evaluasi baru dan peer reviuw
Peserta didik dianggap sebagai tong kosong atau objek belajar
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengambil inisiatif, membangkitkan semangat belajar.
Peserta didik bekerja dalam situasi terisolasi
Peserta didik berinteraksi dengan pendidik untuk saling memperoleh umpan balik tentang kinerja guna perbaikan.
Peserta didik menyerap, menyalin, mengingat, dan mengulang informasi untuk tugas ujian
Peserta didik belajar secara aktif dan mandiri berdasar masalah yang telah disiapkan tanpa mengingat ada ujian atau tidak
Belajar adalah kegiatan individualistif dan kompetitif
Peserta didik belajar dalam suasana kolaboratif  dengan penuh support
Peserta didik mencari jawaban yang benar untuk mencapai hasil bagus dalam ujian
Pendidik tidak menganjurkan ada satu jawaban yang benar, tetapi membantu  untuk belajar  merangkai  pertanyaan, menyusun masalah, mengekplorasi alternatif, dan membuat keputusan yang efektif.
Kinerja diukur berdasarkan content specific tasks
Peserta didik mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman, dan bukan berdasarkan recall.
Penilaian bersifat sumatif, dan evaluatornya hanya pendidik  bersangkutan
Peserta didik mengevaluasi konstribusi masing-masing anggota satu sama lainnya dalam kelompok
Interaksi hanya searah, informasi diberikan sejumlah besar peserta didik
Pemecahan masalah dalam kelompok , mencari dan mengaplikasikan pengetahun dalam berbagai konteks, mencari sumber belajar, dan mencari  pengetahuan relevan dan bermanfaat untuk keterampilan, dan karir pada masa yang akan datAng.
Diskusikan masalah dan buatkan daftar  yang signifikan. Peserta didik mungkin merasa tidak tahu cukup untuk memecahkan masalah tapi itu adalah tantangan! Peserta didik harus mengumpulkan informasi dan belajar konsep-konsep baru, prinsip, atau keterampilan untuk Peserta didik dapat terlibat dalam proses pemecahan masalah.
Apa yang Peserta didik ketahui untuk memecahkan masalah?
Ini mencakup apa yang benar-benar peserta didik tahu, apa kekuatan dan kemampuan yang dimiliki setiap anggota tim.
Pertimbangkan atau perhatikan masukan semua orang, tidak peduli betapa anehnya: itu bisa menampung kemungkinan!
Sebuah pernyataan masalah harus berasal dari  analisis kelompok Peserta didik tentang apa yang diketahui, dan apa yang perlu ketahui untuk menyelesaikannya. Peserta didik akan membutuhkan:

  • pernyataan tertulis
  • kesepakatan kelompok Peserta didik pada pernyataan
  • umpan balik pada pernyataan dari instruktur.
  • (Ini mungkin opsional, namun merupakan ide yang baik)
Daftar mereka semua, kemudian menandai dari terkuat ke terlemah.
Pilih yang terbaik, atau paling mungkin berhasil

  • Apa yang harus kita ketahui dan lakukan untuk memecahkan masalah?
  • Bagaimana kita tentukan prioritas kemungkinan?
  • Bagaimana ini berhubungan dengan daftar solusi?
  • Apakah kita setuju?
Penelitian pengetahuan dan data yang akan mendukung solusi.
Peserta didik akan perlu informasi untuk mengisi kesenjangan yang hilang.
       (Para ahli, buku, situs web, dll)
dan jika ada kesepakatan umum, pergi ke (7). Jika tidak, pergi ke (4)
Membawa orang lain ke sisi peserta didik, atau mempertimbangkan dengan dokumentasi mendukung alasan peserta didik.
Latihan pembekalan berlaku baik individu dan kelompok.
Bangga dengan apa yang telah Peserta didik lakukan dengan baik, belajar dari apa yang Peserta didik belum lakukan dengan baik. Thomas Edison bangga dalam keberhasilan eksperimen sebagai bagian dari perjalanannya yang sukses!

Fase-fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan, memotivasi siswa dengan menunjukkan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Mendengarkan dengan seksama penjelasan guru. Mengemukakan masalah-masalah sesuai topik yang diarahkan guru, memilih masalah yang diminati.
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa, dan membentuk kelompok belajar untuk memecahkan masalah tersebut.
Bersama-sama dengan teman kelompoknya  merancang kegiatan investigasi untuk mengatasi masalah yang dipilih, menentukan subtopik-subtopik spesifik, jadwal pelaksanaan  kegiatan,  mendiskusikan rancangan ini dengan guru
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok



Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dilakukan secara berkelompok.
Mengumpulkan data melalui observasi, eksperimen, studi pustaka, menggali dari ahli dengan interview. Siswa berlatih mengajukan hipotesis, lalu menguji hipotesis yang mereka ajukan.


Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
siswa membuat presentasi hasil karya mereka dengan cara menarik berupa poster, rekaman video, powerpoint, model dll. Selain itu juga membuat laporan tertulis
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa membuat catatan refleksi tentang semua kegiatan yang dilakukan mulai  dari mendalami masalah,  merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, membuat catatan dan pengambilan kesimpulan serta solusi.




Pembelajaran berbasis masalah akan memberi Anda kesempatan untuk
C.     Pembelajaran Konvensional dan PBL

Bagaimankah perbedaan pembelajaran konvensional dengan model problem based learning. Untuk melihat  perbedaan tersebud dapat dilihat di bawah:

Tabel 1. Pembelajaran Konvensional  dan PBL

Dimodifkasi: Ibnu Hajar  berdasarkan Harsono dan Dwiyanto (2005)


D.        Langkah-langkah PBL
Ada dua macam langkah-langkah  yang penulis munculkan dalam tulisan ini yaitu: Tahapan implementasi PBL menurut Larry D. Spance  (2012), dan sintaks menurut Nur (2008)
Langkah-langkah PBL menurut Larry D. Spance dapat dilihat di bawah ini
1.  Jelajahi masalah:
Guru memperkenalkan "masalah terstruktur" masalah untuk Peserta didik.
Perlu diperhatikan langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran. Ada delapan tahapan (Pannen, 2001: 11), yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) analisis data, (4) pemecahan masalah berdasarkan analisis data, (5) memilih cara pemecahan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan untuk pemecahan masalah.

2. Daftar "Apa yang kita ketahui?"
3  Mengembangkan, dan menulis, pernyataan masalah dalam kata-kata Peserta didik sendiri:
Catatan: Pernyataan masalah sering ditinjau kembali dan diedit sebagai informasi yang baru ditemukan, atau "lama" Informasi dibuang.
4. Daftar  solusi yang mungkin
5. Daftar tindakan yang harus diambil dengan pengaturan waktu
6. Daftar "Apa yang kita perlu tahu?"
·Diskusikan sumber daya yang mungkin
·Menetapkan dan jadwal tugas penelitian, khususnya tenggat waktu
Jika penelitian mendukung solusi Peserta didik,
7. Menulis solusi dengan pertimbangan faktor pendukungnya.
Peserta didik mungkin perlu untuk menyajikan temuan-temuan dan / atau rekomendasi kepada kelompok atau teman sekelas.
Hal ini harus mencakup pernyataan masalah, pertanyaan, data yang dikumpulkan, analisis data, dan dukungan untuk solusi atau rekomendasi berdasarkan analisis data: singkatnya, proses dan hasil.
Mempresentasikan dan mempertahankan kesimpulan:
Tujuannya adalah untuk menyajikan tidak hanya kesimpulan,  namun fondasi yang digunakan. Bersiaplah untuk
·         Nyatakan dengan jelas baik masalah dan kesimpulan.
·         Meringkas proses yang peserta didik gunakan, opsi dipertimbangkan, dan kesulitan yang dihadapi
·         Yakinkan, tidak mengalahkan.
·         Membantu orang lain belajar, seperti yang telah dipelajari
Berbagi temuan dengan guru  merupakan kesempatan dalam menunjukkan bahwa peserta didik telah belajar. Jika Peserta didik tahu subjek dengan baik, ini akan menjadi jelas. Jika tantangan muncul bahwa Peserta didik tidak bisa menanggapi, menerimanya sebagai kesempatan untuk dieksplorasi.
8.   Meninjau kinerja Peserta didik
9.   Rayakan pekerjaan Peserta didik!
                   Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah menurut Nur (2008) seperti di bawah ini. 
Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

E.      Penilaian dalam PBL

Tujuan pembelajaran dengan model PBL bukan untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif, oleh sebab itu asesmen dengan paper and pencil test saja tidak cukup. Asesmen kinerja  dan asesmen proses serta produk (asesmen alternatif, autentik) merupakan cara yang paling cocok untuk PBL. Asesmen kinerja dapat digunakan untuk mengukur potensi pemecahan masalah siswa dan kemampuan kerja kelompok
Alat Penilaian:
Alat penilaian memungkinkan untuk  kriteria penilaian yang akan dimasukan di dalam sistem. Kriteria akan diintegrasikan dengan masalah yang disajikan kepada peserta didik untuk tujuan  penilaian. Memungkinkan untuk simulasi skenario dunia nyata. Sebuah simulasi skenario dunia nyata akan disajikan kepada peserta didik  dalam bentuk multimedia (video-audio) serta bahan cetak sesuai dengan masalah. Kemajuan dalam tingkat kesulitan / kompleksitas berdasarkan kinerja. Sebagai pedoman ke depan untuk mengatasi masalah dan berdasarkan respon dan tindakan mereka.  Dalam model ini, penilaian difokuskan pada kemampuan peserta untuk belajar dan mengungkap solusi bukannya apa yang mereka sudah tahu. Memungkinkan agregasi beberapa sumber penilaian (Penelitian benchmark berbasis, masukan pakar, rekan-rekan dan self).

Daftar Pustaka

Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ahmad, T. Problem Based Learning Assessment and Evaluation Tool for the Teacher Quality Initiative. Maxine Smith Fellows Program. Tersedia: http:/www.tqipbl.com. Diakses: 15 Januari 2012

CIDR Teaching and Learning Bulletin. (2004). Problem-Based Learning. [Online]. Vol
7. (3). Tersedia:  http://depts.washington.edu/cidrweb/TeachingLearningBulletin.html.
[ 1 Januari 2013].

Duch, Barbara J., Allen, Deborah E., and White, Harold B. (2000). Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st Century.[Online]. Tersedia http://www.hku.hk/caut/homepage/tdg/5/TeachingMatter/Dec.98.pdf [ 1 Januari 2013].

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESAUniversity
            Press.

Ronis, D. 2009. Problem Based Learning for Math and Science. Illinois: Arlington Heights.

Suparno, Paul. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Terry Barrett, Iain Mac Labhrainn, Helen Fallon. 2005.  Handbook of Enquiry and Problem-based Learning:  Irish Case Studies and International Perspectives. Tersedia: www.nuigalway.ie/celt/pblbook. Diakses:  20 Desember 2012

Widjajanti,  D.B. 2011.  Problem-Based Learning dan Contoh Implementasinya. Jogjakarta: UNY. Tersedia: http://www.foxitsoftware.com. Diakses: 2 Desember 2012