PEMBELAJARAN BERBASISKAN MASALAH
(PROBLEM
BASED LEARNING)
DAN PENERAPANNYA
OLEH:
IBNU
HAJAR
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP-UIR, Riau
A. Defenisi dan Landasan PBL
Problem-based Learning (PBL) dalam
bahasa Indonesia pembelajaran berbasis
masalah), adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis
bagi siswa untuk belajar. “Prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL sudah
ada lebih dulu dari pendidikan formal itu sendiri, yaitu bahwa pembelajaran dimulai
(diprakarsai) dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau teka-teki, yang menjadikan
siswa yang belajar ingin menyelesaikannya” (Duch, et.al., 2000).
Ibrahim
dan Nur (2000) menyatakan bahwa landasan
teoritis dari pembelajaran berbasis masalah adalah:
1.
Teori John Dewey dengan kelas demokrasinya, Dewey menganjurkan
kepada guru untuk mendorong siswa
terlibat dalam proyek atau tugas berorentasi masalah dan membantu mereka
menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial (Ibrahim dan Nur, 2000).
Dasar filosofis Dewey inilah yang digunakan dalam PBL.
2.
Teori konstruktivisme dari Piaget dan Vygotsky telah menjadi dasar
teoritis untuk PBL. Piaget beranggapan bahwa pengetahuan tidaklah statis tetapi
secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman
baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia.
Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan
obyek,fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka (Suparno, 1996).
3.
Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, dan ketika
mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman tersebut.
Namun berbeda dengan Piaget, Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada
aspek sosial pembelajaran (Ibrahim dan Nur, 2000). Vygotsky percaya bahwa
interaksi sosial dengan orang lain akan memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Masih terkait dengan
konstruktivisme.
B. Karakteristik PBL
Para pengembang pembelajaran berbasis
masalah (Ibrahim dan Nur,2004) telah mendeskripsikan karaketeristik
model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
- Pengajuan
pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah
dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya
mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan
tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di
sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting
dan secara pribadi bermakna bagi pebelajar. Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk sitausi itu.
- Berfokus
pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat
pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, pebelajar meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
- Penyelidikan
autentik.
Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki pebelajar untuk melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah
nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalasis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan
- Menghasilkan
produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut pebelajar untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada
teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau
makalah.
- Kerjasama.
Model
pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh pebelajar yang bekerjasama
satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri
dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
berpikir.
- Meneliti
dan mencoba apa yang Anda ketahui
- Menemukan
apa yang Anda butuhkan untuk belajar
- Mengembangkan
keterampilan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi dalam tim
- Meningkatkan
keterampilan komunikasi Anda
- Menyatakan
dan mempertahankan posisi dengan argumentasi disertai pembuktian
- Menjadi
lebih fleksibel dalam memproses informasi dan kewajiban pertemuan (Larry D. Spance, 2012)
Pembelajaran Konvensional
|
PBL
|
Peran pendidik sebagai expert atau otoritas
formal
|
Pendidik berperan sebagai
fasilitator, pemandu, co-learner, mentor, coach, atau konsultan professional
|
Pendidik bekerja dalam
situasi terisolasi
|
Pendidik bekerja sama
dalam tim dengan anggota dari luar disiplin ilmunya
|
Pendidik mengajar kepada
peserta didik
|
Peserta didik
bertanggung jawab atas pembelajaran dan menciptakan kemitraan antara peserta
didik dengan pendidik.
|
Pendidik mengorganisasikan
content kedalam silabus sesuai dengan mata pelajaran
|
Pendidik mengutamakan memotivasi
dengan cara memberi masalah yang ada pada peserta didik. Dan berupaya
untuk mendorong mendapatkan
pengetahuan baru.
|
Pendidik bekerja secara
individual dalam disiplinnya
|
Sekolah bersifat
suportif dan fleksibel. Pendidik ikut dalam perubahan instruksional dan evaluasi
baru dan peer reviuw
|
Peserta didik dianggap
sebagai tong kosong atau objek belajar
|
Pendidik mendorong
peserta didik untuk mengambil inisiatif, membangkitkan semangat belajar.
|
Peserta didik bekerja
dalam situasi terisolasi
|
Peserta didik berinteraksi
dengan pendidik untuk saling memperoleh umpan balik tentang kinerja guna
perbaikan.
|
Peserta didik menyerap,
menyalin, mengingat, dan mengulang informasi untuk tugas ujian
|
Peserta didik belajar
secara aktif dan mandiri berdasar masalah yang telah disiapkan tanpa
mengingat ada ujian atau tidak
|
Belajar adalah kegiatan
individualistif dan kompetitif
|
Peserta didik belajar
dalam suasana kolaboratif dengan penuh
support
|
Peserta didik mencari
jawaban yang benar untuk mencapai hasil bagus dalam ujian
|
Pendidik tidak menganjurkan
ada satu jawaban yang benar, tetapi membantu
untuk belajar merangkai pertanyaan, menyusun masalah, mengekplorasi
alternatif, dan membuat keputusan yang efektif.
|
Kinerja diukur
berdasarkan content specific tasks
|
Peserta didik
mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah dengan menggunakan
pengetahuan dan pengalaman, dan bukan berdasarkan recall.
|
Penilaian bersifat
sumatif, dan evaluatornya hanya pendidik
bersangkutan
|
Peserta didik
mengevaluasi konstribusi masing-masing anggota satu sama lainnya dalam
kelompok
|
Interaksi hanya searah,
informasi diberikan sejumlah besar peserta didik
|
Pemecahan masalah dalam
kelompok , mencari dan mengaplikasikan pengetahun dalam berbagai konteks,
mencari sumber belajar, dan mencari pengetahuan
relevan dan bermanfaat untuk keterampilan, dan karir pada masa yang akan datAng.
|
Diskusikan masalah dan buatkan daftar
yang signifikan. Peserta didik mungkin merasa tidak tahu cukup untuk
memecahkan masalah tapi itu adalah tantangan! Peserta didik harus mengumpulkan
informasi dan belajar konsep-konsep baru, prinsip, atau keterampilan untuk Peserta
didik dapat terlibat dalam proses pemecahan masalah.
Apa yang Peserta didik ketahui untuk memecahkan masalah?
Ini mencakup apa yang benar-benar peserta didik tahu, apa kekuatan dan
kemampuan yang dimiliki setiap anggota tim.
Pertimbangkan atau perhatikan masukan semua orang, tidak peduli betapa anehnya:
itu bisa menampung kemungkinan!
Sebuah pernyataan masalah harus berasal dari analisis kelompok Peserta didik tentang apa
yang diketahui, dan apa yang perlu ketahui untuk menyelesaikannya. Peserta
didik akan membutuhkan:
- kesepakatan
kelompok Peserta didik pada pernyataan
- umpan
balik pada pernyataan dari instruktur.
-
(Ini mungkin opsional, namun merupakan ide yang baik)
Daftar mereka semua, kemudian menandai dari terkuat ke terlemah.
Pilih yang terbaik, atau paling mungkin berhasil
- Apa
yang harus kita ketahui dan lakukan untuk memecahkan masalah?
- Bagaimana
kita tentukan prioritas kemungkinan?
- Bagaimana
ini berhubungan dengan daftar solusi?
Penelitian pengetahuan dan data yang akan mendukung solusi.
Peserta didik akan perlu informasi untuk mengisi kesenjangan yang hilang.
(Para ahli, buku, situs web, dll)
dan jika ada kesepakatan umum, pergi ke (7). Jika tidak, pergi ke (4)
Membawa orang lain ke sisi peserta didik, atau mempertimbangkan dengan dokumentasi
mendukung alasan peserta didik.
Latihan pembekalan berlaku baik individu dan kelompok.
Bangga dengan apa yang telah Peserta didik lakukan dengan baik, belajar dari
apa yang Peserta didik belum lakukan dengan baik. Thomas Edison bangga dalam keberhasilan
eksperimen sebagai bagian dari perjalanannya yang sukses!
Fase-fase
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Fase 1
Orientasi siswa
kepada masalah
|
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan, memotivasi
siswa dengan menunjukkan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
|
Mendengarkan
dengan seksama penjelasan guru. Mengemukakan
masalah-masalah sesuai topik yang diarahkan guru, memilih masalah yang
diminati.
|
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi oleh siswa, dan membentuk kelompok belajar untuk
memecahkan masalah tersebut.
|
Bersama-sama
dengan teman kelompoknya merancang
kegiatan investigasi untuk mengatasi masalah yang dipilih, menentukan
subtopik-subtopik spesifik, jadwal pelaksanaan kegiatan,
mendiskusikan rancangan ini dengan guru
|
Fase
3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
|
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
yang dilakukan secara berkelompok.
|
Mengumpulkan data
melalui observasi, eksperimen, studi pustaka, menggali dari ahli dengan
interview. Siswa berlatih mengajukan hipotesis, lalu menguji hipotesis yang
mereka ajukan.
|
Fase
4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
siswa
membuat presentasi hasil karya mereka dengan cara menarik berupa poster,
rekaman video, powerpoint, model dll. Selain itu juga membuat laporan
tertulis
|
Fase
5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta
memberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
|
Siswa membuat
catatan refleksi tentang semua kegiatan yang dilakukan mulai dari mendalami masalah, merencanakan dan melaksanakan penyelidikan,
membuat catatan dan pengambilan kesimpulan serta solusi.
|
Pembelajaran berbasis masalah akan memberi Anda kesempatan
untuk
C. Pembelajaran
Konvensional dan PBL
Bagaimankah
perbedaan pembelajaran konvensional dengan model problem based learning. Untuk melihat perbedaan tersebud dapat dilihat di bawah:
Tabel
1. Pembelajaran Konvensional dan PBL
Dimodifkasi: Ibnu Hajar berdasarkan Harsono dan Dwiyanto
(2005)
D.
Langkah-langkah PBL
Ada dua
macam langkah-langkah yang penulis
munculkan dalam tulisan ini yaitu: Tahapan implementasi PBL menurut Larry D.
Spance (2012), dan sintaks menurut Nur
(2008)
Langkah-langkah PBL
menurut Larry D. Spance dapat dilihat di bawah ini
1. Jelajahi
masalah:
Guru
memperkenalkan "masalah terstruktur" masalah untuk Peserta didik.
Perlu diperhatikan langkah pemecahan
masalah dalam pembelajaran. Ada delapan tahapan (Pannen, 2001: 11), yaitu: (1)
identifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) analisis data, (4) pemecahan
masalah berdasarkan analisis data, (5) memilih cara pemecahan masalah, (6)
merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) ujicoba terhadap rencana yang
ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan untuk pemecahan masalah.
2. Daftar
"Apa yang kita ketahui?"
3 Mengembangkan, dan menulis, pernyataan masalah
dalam kata-kata Peserta didik sendiri:
Catatan: Pernyataan masalah
sering ditinjau kembali dan diedit sebagai informasi yang baru ditemukan, atau
"lama" Informasi dibuang.
4. Daftar solusi yang mungkin
5. Daftar tindakan
yang harus diambil dengan pengaturan waktu
6. Daftar
"Apa yang kita perlu tahu?"
·Diskusikan sumber
daya yang mungkin
·Menetapkan dan
jadwal tugas penelitian, khususnya tenggat waktu
Jika
penelitian mendukung solusi Peserta didik,
7. Menulis solusi dengan pertimbangan faktor pendukungnya.
Peserta didik
mungkin perlu untuk menyajikan temuan-temuan dan / atau rekomendasi kepada
kelompok atau teman sekelas.
Hal ini harus
mencakup pernyataan masalah, pertanyaan, data yang dikumpulkan, analisis data,
dan dukungan untuk solusi atau rekomendasi berdasarkan analisis data:
singkatnya, proses dan hasil.
Mempresentasikan dan mempertahankan kesimpulan:
Tujuannya adalah
untuk menyajikan tidak hanya kesimpulan,
namun fondasi yang digunakan. Bersiaplah untuk
·
Nyatakan
dengan jelas baik masalah dan kesimpulan.
·
Meringkas
proses yang peserta didik gunakan, opsi dipertimbangkan, dan kesulitan yang
dihadapi
·
Yakinkan,
tidak mengalahkan.
·
Membantu
orang lain belajar, seperti yang telah dipelajari
Berbagi temuan
dengan guru merupakan kesempatan dalam
menunjukkan bahwa peserta didik telah belajar. Jika Peserta didik tahu subjek
dengan baik, ini akan menjadi jelas. Jika tantangan muncul bahwa Peserta didik
tidak bisa menanggapi, menerimanya sebagai kesempatan untuk dieksplorasi.
8. Meninjau kinerja Peserta didik
9. Rayakan pekerjaan Peserta didik!
Langkah-langkah dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah menurut Nur (2008) seperti di bawah ini.
Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
E. Penilaian
dalam PBL
Tujuan pembelajaran
dengan model PBL bukan untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif, oleh sebab itu
asesmen dengan paper and pencil test
saja tidak cukup. Asesmen kinerja dan
asesmen proses serta produk (asesmen alternatif, autentik) merupakan cara yang
paling cocok untuk PBL. Asesmen kinerja dapat digunakan untuk mengukur potensi
pemecahan masalah siswa dan kemampuan kerja kelompok
Alat Penilaian:
Alat penilaian memungkinkan untuk kriteria penilaian yang akan dimasukan di dalam sistem. Kriteria akan diintegrasikan dengan masalah yang disajikan kepada
peserta didik untuk tujuan penilaian.
Memungkinkan untuk
simulasi skenario dunia nyata. Sebuah simulasi skenario dunia nyata akan disajikan kepada peserta didik
dalam
bentuk multimedia (video-audio) serta bahan cetak sesuai dengan
masalah.
Kemajuan dalam tingkat
kesulitan / kompleksitas berdasarkan kinerja. Sebagai pedoman ke depan untuk mengatasi
masalah dan berdasarkan respon
dan tindakan mereka.
Dalam model ini, penilaian difokuskan pada kemampuan peserta untuk belajar dan
mengungkap solusi bukannya apa
yang mereka sudah tahu. Memungkinkan agregasi beberapa sumber penilaian (Penelitian benchmark
berbasis, masukan pakar, rekan-rekan dan
self).
Daftar
Pustaka
Amir, M.T. 2010.
Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmad, T.
Problem Based Learning Assessment and Evaluation Tool for the Teacher Quality
Initiative. Maxine Smith Fellows Program. Tersedia: http:/www.tqipbl.com.
Diakses: 15 Januari 2012
CIDR Teaching and Learning
Bulletin. (2004). Problem-Based Learning. [Online]. Vol
7. (3). Tersedia: http://depts.washington.edu/cidrweb/TeachingLearningBulletin.html.
[ 1 Januari 2013].
Ibrahim, M. & Nur, M.
(2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESAUniversity
Press.
Ronis, D. 2009. Problem Based Learning for Math and Science.
Illinois: Arlington Heights.
Suparno, Paul. (1996). Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Terry
Barrett, Iain Mac Labhrainn, Helen Fallon. 2005. Handbook of Enquiry and Problem-based Learning: Irish Case Studies and International
Perspectives. Tersedia: www.nuigalway.ie/celt/pblbook. Diakses: 20
Desember 2012
Widjajanti, D.B. 2011.
Problem-Based Learning dan Contoh Implementasinya. Jogjakarta: UNY. Tersedia:
http://www.foxitsoftware.com. Diakses: 2 Desember 2012